Sungaikering di padang pasir: WADI; Orang yang mencuri dengan cepat & tangkas: COPET; Tumbuhan seperti rumput besar yang menghuni rawa: LEMBANG; Suku di desa dekat Sungai Sirami, Papua: SAURI; Keranjang yang kasar terbuat dari rotan: RAGA; Pekuburan besar dari suatu kota kuno: NEKROPOLIS; Lepas terbuka / Bercerai-berai: URAI
Arsungai yang tidak berair di padang pasir (berisi air apabila turun hujan), lembah: Kawasan yang luas dan kering (biasanya diliputi pasir), padang pasir ~ tandus gurun yang tidak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan: Efemeral (?femeral) (Bio) bukan tumbuhan yang menyelesaikan kitar hidupnya dalam jangka masa yang pendek, terutama tumbuhan di padang
Dalamkeheningan gurun, selalu terdengar bisikan tentang kesetiaan-Nya yang abadi. Baik di padang gurun yang sesungguhnya maupun di padang gurun rohani, Yesus adalah satu-satunya sumber pengharapan kita— pemulih dan penopang hidup kita. Bagi kita yang saat ini sedang melintasi padang gurun, yakinlah bahwa harapan masih ada.
Vay Tiền Nhanh. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Jalan-jalan bersama keluarga menikmati indahnya ibu kota dan lingkungan sekitar adalah hal yang paling menyenangkan. Apalagi jika satu keluarga bisa kompak untuk jalan-jalan ke tempat yang disukai semuanya, tanpa ada pilih-pilih tempat semuanya sangat kompak ingin pergi ke tempat yang ingin dikunjungi. Kali ini ada sebuah keluarga yang berjumlah 5 orang. Bapak, Ibu, dan tiga orang anaknya. Mereka pergi jalan-jalan ke sungai kering. Karena sudah kompak dari beberapa hari sebelumnya, kalau hari libur alias hari Minggu ingin berpergian ke sana. Bapaknya pun setuju juga, disertai dengan rasa gembira bersama istri dan anak-anaknya pula. Di perjalanan justru bapaknya bertanya-tanya dalam hati "Ini kenapa pada pengen jalan-jalan ke sungai kering ya? Kan nggak ada airnya, apa yang indah dan unik di tempat itu?" Bapaknya memang belum tahu tempat yang akan dikunjungi, karena memang selama hari-hari penuh bekerja jadinya tidak tahu apa yang direncakan oleh ibu dan anak-anaknya ini. Namun bapak hanya ikut-ikut senang saja tertawa dan mengobrol riang bersama di mobil. Lama di perjalanan sambil menyetir si Bapak tidak sabar untuk bertanya pada Ibu "Bu, ini kita kenapa jalan-jalannya ke sungai kering ya? emangnya ada apa disana, bukannya sungai kering itu nggak ada airnya gitu?" Ibu menjawab "Udaaah nanti liat aja paaah... Kita jalan aja hehe". Si Bapak pun makin penasaran karena istrinya menjawab seperti itu. Alhasil tak ada pilihan, mereka semua tetap pergi ke sungai kering demi membahagiakan ibu dan anak-anaknya untuk jalan-jalan di hari Minggu kapan lagi kan?? D. Selama di perjalanan ibu dan tiga orang anaknya bersenda gurau dan bercanda bersama, sementara si Bapak bertanya -tanya terus dalam hati. Pandangan si Ibu pun tidak selalu melihat ke depan saja, tetapi juga melihat ke si Bapak. Saat itu si Bapak sedang terlihat bingung di wajahnya dan perasaan ragu. Akhirnya, melihat wajah bapak itu Ibu bertanya lagi "Bapak kenapa sih pak? kok mukanya kayak cemas gitu?" Bapak menjawab "Ohh nggak papa kok buu, bapak cuma agak kepikiran kantor aja. Maklum semalem ada klien dateng, ngobrolin kerjaannya lama banget. Gituu hehe..""Ohh kirain ada apa pak, bikin orang takut aja nihh... Yaudah nanti kita di sungai kering seneng-seneng ya pak.." Mendengar si Ibu menjawab itu, si Bapak jadi makin ragu akan sungai kering itu sebenarnya tempat apa. Karena yang ada di pikiran si Bapak sungai kering ya sungai yang tak ada airnya sama sekali, benar-benar kering seperti jalanan rusak. Niat si Bapak untuk mengajak jalan-jalan keluarganya memang tidak batal, namun hanya membuat pikirannya sedikit berantakkan akan hal sungai kering. Setelah agak lama di perjalanan bapak berinisiatif untuk bertanya pada anak-anaknya, karena kalau bertanya pada anak-anak akan lebih jujur karena masih polos-polosnya. Bapak bertanya begini "anak-anaaak, sungai kering tuh tempat apa yaaa??? Papah nggak tau niih, jadi kepoo..." Ketiga anaknya menjawab "Udaaah paah liat aja nanti, pasti seru deeh kan mamah tadi udah bilaaaang hihihi..." Dalam hati si Bapak "Lah kocak, sama aja nih mah... anak ibu sama! kompak benerrrr! jadi tambah keleyangan nih kepala guee..."Rasa penasaran si bapak makin tinggi, dan tak lama akhirnya sampai juga di tempat yang dimaksud. Sungai kering! tempatnya terlihat agak ramai, tetapi tidak ada sungai kering di sekitar situ. Ibu berkata "Naaaah udah sampe nih paaah.... ayo anak-anak kita turun yuuuuk!" "Horeee asyiiik akhirnya sampe jugaaa ayo deh ayooo!!..." Rasa senang menyelimuti anak dan ibu tersebut, mereka berjalan cepat menuju ke tempat yang ramai itu. Si Bapak pun masih berdiri di samping mobil dan bilang "Lah mana sungai kering sih, ini kan tempat rame? ada orang jualan makanan, komedi puter, kereta-keretaan, kok perasaan gue nggak enak ya??" 1 2 3 Lihat Humor Selengkapnya
Masyarakat Badwi yang hidup di selatan Tanah Arab mempunyai legenda yang menceritakan tentang kewujudan sungai besar di sebelah barat semenanjung. Begitu juga dengan sebuah syair Arab kurun ke-8 Masehi yang mengisahkan tentang lembu-lembu liar yang hidup Rub al-Khali. Hal ini membangkitkan satu persoalan dalam benak fikiran kita, “Apakah benar dahulu wujud sungai di tanah gersang Arab?” Sebagai makluman, Rub al-Khali adalah padang pasir terbesar di dunia, merangkumi kawasan seluas 650,000 km persegi 250,966 batu persegi atau sekitar satu pertiga dari luas keseluruhan selatan Tanah Arab. Ia juga merupakan kawasan paling kering dan paling panas di muka bumi, dengan suhu puratanya melebihi 50 darjah Celsius dan purata hujan tahunan pula kurang 3 cm. Rupa bumi di Rub al-Khali Selain sumber legenda dan sastera, bukti-bukti saintifik yang menyokong teori kewujudan sungai purba di gurun Arab juga dilihat cukup meyakinkan. Pertama, peta-peta terawal Semenanjung Tanah Arab dengan jelas menunjukkan kewujudan dua batang sungai yang besar yang mengalir di sepanjang Rub al-Khali; satunya mengalir ke utara memasuki Teluk Parsi, sambil satu lagi mengalir ke selatan memasuki Laut Arab. Walaupun peta ini dilukis pada kurun ke-15 Masehi, ia pada hakikatnya mengambil sumber daripada peta Ptolemy yang dihasilkan sekitar tahun 150 M. Dalam erti kata lain, peta tersebut menggambarkan keadaan di Rub al-Khali pada 2000 tahun yang lampau. Peta Semenanjung Tanah Arab yang dihasilkan pada 1467, dengan bersumberkan peta Ptolemy yang dihasilkan pada 150 M Kedua, ramai peneroka bermula dengan St. John Philby tahun 1932 serta tinjauan-tinjauan geologi yang dilakukan lebih kebelakangan telah berjaya menemukan sejumlah tasik kering pra-sejarah yang tertimbus jauh di dalam pasir. Ia dianggarkan berusia dari 13,000 dan 7,000 tahun dahulu, dengan setiap satunya mengandungi tulang-temulang gazel, lembu bertanduk panjang, dan kambing liar. Hal ini membuktikan betapa pada ribuan tahun dahulu, padang pasir di Tanah Arab merupakan tempat yang lebih lembab dan mesra hidupan liar. Mungkin, bukti yang paling meyakinkan adalah saki-baki kewujudan sungai yang masih boleh dilihat menerusi imej-imej satelit dan permukaan tanah di Sabkha Matti, iaitu dataran garam yang terbentang kira-kira ratusan kilometer di sepanjang Rub al-Khali. Permukaan tanah di Sabkha Matti agak sukar untuk dilalui lantaran ia dilitupi dengan kerak-kerak garam yang membuatkan manusia mahupun unta mudah terjelapak jatuh. Dipercayai, jalur laluan Sabkha Matti pada asalnya mengikuti haluan sungai purba namun kini, kelembapan permukaan tanahnya banyak bersumber daripada lautan memandangkan ia berada 40 meter 131 kaki di atas paras laut. Permukaan tanah di Sabkha Mati berbeza dengan permukaan padang pasir lain, di mana ia berpemukaan lembab dengan campuran pasir dan garam Penyelidikan-penyelidikan paleocuaca serantau turut mendokong dakwaan kewujudan sungai purba di Rub al-Khali. Sejarah menyaksikan cuaca di Semenanjung Tanah Arab berubah-ubah daripada cuaca lembab kepada cuaca kering, di mana kita pada zaman ini mengharungi fasa ianya kering. Perhatian sebentar… — Sejak 2012, kami bersungguh menyediakan bacaan digital secara percuma di laman ini dan akan terus mengadakannya selaras dengan misi kami memandaikan anak bangsa. Namun menyediakan bacaan secara percuma memerlukan perbelanjaan tinggi yang berterusan dan kami sangat mengalu-alukan anda untuk terus menyokong perjuangan kami. Tidak seperti yang lain, The Patriots tidak dimiliki oleh jutawan mahupun politikus, maka kandungan yang dihasilkan sentiasa bebas dari pengaruh politik dan komersial. Ini mendorong kami untuk terus mencari kebenaran tanpa rasa takut supaya nikmat ilmu dapat dikongsi bersama. Kini, kami amat memerlukan sokongan anda walaupun kami faham tidak semua orang mampu untuk membayar kandungan. Tetapi dengan sokongan anda, sedikit sebanyak dapat membantu perbelanjaan kami dalam meluaskan lagi bacaan percuma yang bermanfaat untuk tahun 2023 ini dan seterusnya. Meskipun anda mungkin tidak mampu, kami tetap mengalu-alukan anda sebagai pembaca. Sokong The Patriots dari serendah dan ia hanya mengambil masa seminit sahaja. Jika anda berkemampuan lebih, mohon pertimbangkan untuk menyokong kami dengan jumlah yang disediakan. Terima kasih. Moving forward as one. Pilih jumlah sumbangan yang ingin diberikan di bawah. RM2 / RM5 / RM10 / RM50 — Terima kasih Bagaimanapun, pada 5000 tahun yang lalu, cuaca di Sememanjung Tanah Arab jauh lebih sederhana – mungkin hampir sama seperti cuaca di Afrika Timur pada hari ini, dengan taburan hujannya cukup untuk menampung tasik-tasik bermusim dan memberi kehidupan kepada rumput-rumput yang kemudiannya membentuk oasis padang pasir. Oasis-oasis ini seterusnya menampung hidupan-hidupan liar, dan seiring rantaian makanan, ia turut membekalkan sumber makanan buat pemburu-pemburu nomad yang merupakan nenek-moyang masyarakat Arab-Badwi. Keadaan ini selaras penemuan ahli-ahli arkeologi yang menjumpai unggun-unggun api dari zaman dahulu kala, termasuklah mata panah yang diperbuat daripada batu api dan tulang-temulang haiwan di kawasan berhampiran tasik-tasik kering. Justeru, boleh dikatakan bahawa legenda dan syair Arab Badwi yang memerihalkan tentang sungai besar dari zaman purba pada hakikatnya menceritakan suasana sekitar 5000 tahun dahulu, sewaktu Sabkha Matti masih mengalirkan sungai dan cuaca pula cukup lembab untuk menampung kehidupan haiwan-haiwan liar. TERJEMAHAN David Millar. 11 September 2015. Is there truth to the Bedouin Legend of the Great River in the Desert? Ancient Origins.
- Ada sungai mengalir deras di tengah gurun pasir Arab Saudi, banyak ikan nila dan lele. Hal itu dibeberkan oleh Alman Mulyana dalam video di kanal YouTube-nya diunggah pada 26 September 2020 lalu. Kala itu Alman bersama rombongan mengunjungi sebuah sungai tersebut yang membuatnya kagum. Pasalnya suasananya sangat kontras ketika di sampingnya ada gurun pasir, sedangkan sebelahnya ada air sungai mengalir deras. Terlebih menurut Alman di Arab Saudi sangat jarang turun hujan. Berbeda halnya dengan di Indonesia yang sering hujan. Bahkan, Alman mengaku melihat sungai tersebut serasa di Indonesia. Jika orang Indonesia melihat derasnya aliran sungai menjadi hal yang biasa. Tapi lain halnya jika bertandang ke Jazirah Arab. Wilayah ini terkenal sebagai daerah yang tandus dan kering. Namun ternyata, ada juga satu keunikan yang tersembunyi di Jazirah Arab, yang dijamin akan membuat warga Indonesia terkejut. Di wilayah itu tersimpan keajaiban sungai yang mengalir begitu deras. Lokasinya memang tersembunyi, jauh dari perkotaan. Alman memperlihatkan sungai yang membelah padang pasir yang kering. Demi mendapatkan sensasi sungai yang deras di tengah panasnya padang pasir Arab, Alman dan teman-temannya rela melakukan perjalanan panjang di tengah padang pasir. Untuk mencapai tujuan, Alman hanya mengandalkan jejak ban mobil yang sebelumnya lewat. Ini dilakukan mereka tidak tersesat di tengah gurun. Selain deras, sungai yang akan didatangi Alman juga dipenuhi ikan. Karena itu, selain ingin menikmati sensasi sungai di tengah gurun pasir, Alman juga sudah menyiapkan peralatan untuk memancing. "Ini kita sudah bawa jaring, mau mancing," katanya. Alman begitu tercengang melihat ada aliran sungai deras yang memecah padang pasir yang tandus. "Masya Allah guys. Di tanah kering, tandus, airnya mengalir deras. Keren-keren-keren," kata Alman. Suara aliran sungai tersebut begitu terdengar jelas. Suasana sejuk langsung menyeruak, dan membuat kondisi padang pasir terasa segar. Diakui Alman, sejuknya sungai di tengah padang pasir itu mengingatkannya pada suasana di kampung halaman. "Ini airnya kencang banget ya, Masya Allah Tabarakallah. Itu lihat, Masya Allah. Saya merasa seperti lagi di kampung saya di Subang," bebernya. Gurun pasir yang mengelilingin sungai di Arab Saudi yang banyak dipenuhi ikan nila dan lele YouTube Alman Mulyana Dia benar-benar takjub akhirnya bisa mendengar gemericik air seperti di Indonesia. "Dan saya merasa nggak lagi di Arab ya. Kalau lagi dengar gemericik air seperti ini. Apa pendapat teman-teman semua kalau melihat air mengalir deras seperti ini di Jazirah Arab," katanya. Mungkin bagi sebagian orang Indonesia, melihat derasnya sungai sudah bukan pemandangan yang aneh. Tapi lain lagi jika berada di Arab yang jarang sekali terjadi hujan. "Jazirah Arab itu kalau blusukan ke tempat-tempat kaya gini itu, ada banyak hal unik dan menarik untuk dibahas memang. Kalau di Indonesia, mungkin hal biasa. Kalau di sini aneh, karena jarang hujan," ucapnya. Umumnya, orang mengenal Arab Saudi adalah wilayah dengan kondisi tandus yang kering, tanpa pemandangan alam sejuk seperti di Indonesia. Selain itu, kebanyakan yang ada di pikiran orang-orang adalah Mekkah, Madinah, padang pasir dan unta. "Kalau kita ngomongin tentang Arab, yang ada dipikiran kita sebagai orang Indonesia. Satu, Mekkah, Madinah, padang pasir dan unta. Nggak terbayang tempat-tempat seperti ini," ungkapnya. Alman benar-benar merasa kagum dengan adanya sungai yang mengalir dengan deras di tengah gurun pasir. Dia menyorotkan kamera tepat di sekitar sungai. "Di sini merasa ada keanehan, di sini kering dan bukan tanah tapi pasir. Di sini itu gersang guys, dan ini nggak banyak diketahui orang Arab," ucapnya. Begitulah potret sungai yang ada di Arab Saudi dan membuat semua orang tercengang.
sungai kering di padang pasir